Apa yang menyebabkan kita sampai menderita depresi? Sejauh depresi itu
diartikan sebagai sebuah kondisi batin yang tertekan dalam waktu panjang
(stress berkelanjutan) dan mengakibatkan hilangnya harapan hidup, makna
hidup, motivasi berprestasi, dan kepercayaan-diri (losing mood and
confidence), tentu saja sebab-sebabnya banyak. Namanya juga orang hidup.
Realitas kehidupan ini terkadang lebih kejam dari kekejaman yang sanggup
kita bayangkan.
Meski kita ingin segera dapat mengatasi depresi, tetapi tak jarang kita
malah mempraktekkan hal-hal yang memperparah depresi itu. Ini antara lain
bisa dijabarkan sebagai berikut:
1. Hanya mencari-cari tip, saran atau tehnik yang jitu untuk
mengatasi depresi. Tip dari buku, saran dan tehnik dari orang lain itu
sangat kita butuhkan tetapi posisinya di sini bukan sebagai penentu,
melainkan sebagai pembantu (bantuan. Kita membutuhkan semua itu tetapi tidak
boleh mengandalkan pada semuanya. Artinya, tip dan saran itu akan berguna
ketika kita dalam keadaan sedang berusaha untuk mengatasi depresi dan tidak
berguna kalau kita duduk dan diam saja.
2. Tidak percaya, menolak atau skeptis terhadap saran, pendapat atau
bantuan orang lain. Ini adalah bentuk padanan yang ekstrim dari yang
pertama. Menutup diri, menutup-nutupi, melecehkan semua orang atau menjauhi
orang kerapkali justru akan membuat kita semakin 'depressed' dengan keadaan
kita.
3. Hanya menyalahkan keadaan atau orang. Mungkin saja yang membuat
kita depresi itu adalah dunia ini yang telalu kejam atau orang lain. Tetapi
akan malah berbahaya kalau yang kita ingat dan yang kita lakukan adalah
hanya mengutuk dunia dan mengutuk orang lain. Harus ada inisiatif dari dalam
diri kita untuk mengobati diri sendiri.
4. Kurang kreatif dalam menemukan cara atau terlalu "taat" pada
rutinitas yang biasa-biasa. Ini juga bisa membuat depresi itu makin
mendalam. Ada saran agar kita membagi aktivitas menjadi tiga: a) aktivitas
positif yang wajib, b) aktivitas yang untuk fun atau pleasurable, dan c)
aktivitas yang untuk menabur kebajikan pada orang lain seperti membantu atau
menyambung hubungan.
5. Membiarkan munculnya definisi diri negatif, misalnya saja: saya
sudah tidak punya apa-apa lagi, saya muak melihat diri saya, hidup saya
sudah hancur dan tidak bisa diperbaiki lagi, dan seterusnya. Ini adalah
definisi atau kesimpulan atau label tentang diri sendiri yang kita buat
sendiri. Jika ini terus berlanjut akan mempersulit upaya recovery.
6. Menolak realitas dengan cara yang merugikan. Realitas itu kalau
ditolak dengan tujuan menolak yang asal menolak (denial), ini akan
memperparah pertengkaran yang membuat depresi itu makin mencengkeram. Tetapi
bila kita terima dengan pasrah dan kalah (larut dan hanyut), ini juga tidak
menyembuhkan. Yang diharapkan adalah menerima untuk memperbaiki. Seperti
yang ditulis Dr. Felice Leonardo Buscaglia, " Trauma yang abadi di adalah
penderitaan yang tidak diikuti dengan perbaikan."
7. Menganut paham perfeksionis yang tidak rasional. Dari pengalaman
sejumlah ahli dalam menangai penderita depresi, konon yang menghambat upaya
recovery adalah ketika seseorang berpikir bahwa dia harus bebas dari depresi
seketika itu dan langsung, tidak usah repot-repot. Mengatasi depresi butuh
proses yang berkelanjutan, dan jika kita menolak proses itu bukan malah
cepat tetapi malah semakin lama.
Tujuh hal di atas dapat kita gunakan untuk menjelaskan realitas di mana ada
orang yang semakin buruk langkahnya, makin buruk hubungannya dan makin buruk
caranya dalam menghadapi hidup saat depresi. Anda mungkin punya teman,
keluarga atau tetangga yang malah semakin tertutup, semakin tidak persuasif,
semakin tidak bijak, semakin sempit, semakin tertutup dan sejumlah "semakin"
yang negatif lainnya.
Tetapi ada juga sekelompok orang yang mulai menunjukkan bukti-bukti
perbaikan diri, perbaikan hubungan dan perbaikan cara dalam menghadapi
realitas. Semakin jelas langkah yang ditempuh, semakin open dan bijak,
semakin bisa memilih orang, semakin ramah, semakin soleh hidupnya, dan
seterusnya. Sebisa mungkin kita perlu berjuang untuk menjadi manusia
kelompok kedua.
Mengatasi Depresi
Secara umum, agenda mengatasi Depresi itu bisa kita buat berdasarkan
poin-poin berikut ini:
1. Membangun citra diri positif
Citra diri berasal dari bagaimana kita menyimpulkan diri sendiri atau
beropini tentang diri sendiri. Yang positif membuahkan citra positif. Untuk
membangun yang positif ini diperlukan tiga hal:
¡ø Anda perlu menciptkan definisi, opini atau kesimpulan yang
positif
¡ø Anda perlu melawan munculnya opini, definisi atau kesimpulan
negatif dengan cara menghentikan, mengganti atau membatalkan
¡ø Anda perlu menciptakan alasan-alasan faktual, bukti nyata untuk
mendukung kesimpulan positif yang Anda ciptakan
Sedikit tentang alasan faktual itu, saya ingin memberi contoh misalnya saja
Anda berkesimpulan bahwa hidup Anda memang masih bermakna (untuk diri
sendiri dan untuk orang lain). Kesimpulan ini lebih positif ketimbang Anda
punya kesimpulan yang sebaliknya. Tetapi jika yang Anda lakukan hanya
sebatas merasa atau menyimpulkan (tanpa diiringi dengan perbuatan dan hasil
atau pembuktian bertahap), lama kelamaan kesimpulan Anda ini akan kalah oleh
fakta yang ada tentang diri Anda. Jangan pernah berpikir bahwa perbaikan
diri itu bisa ditempuh dengan cara tidak melakukan sesuatu. Forget it.
2. Menjalankan agenda perbaikan berkelanjutan yang realistis
Kesalahan kita saat terkena depresi adalah: kita hanya merasakan bagaimana
depresi itu tetapi kurang berpikir tentang apa saja yang masih bisa kita
lakukan untuk memperbaiki diri di masa depan. Kita tenggelam ke dalam masa
lalu yang buruk dan lupa meng-imajinasi-kan masa depan yang lebih bagus.
Padahal, masa lalu itu sudah tidak bisa diubah. Padahal, masa depan itu
masih "open" buat kita. Agar ini tidak terjadi, Anda boleh memilih agenda
perbaikan di bawah ini:
¡ø Anda merencanakan program atau jadwal tentang apa yang perlu anda
lakukan
dan apa yang perlu Anda hindari agar hidup Anda menjadi lebih bagus di hari
esok berdasarkan keadaan Anda.
¡ø Anda mencanangkan target yang benar-benar ingin Anda raih sebagai
bukti
adanya perbaikan dalam diri Anda, misalnya mendapatkan pekerjaan,
mendapatkan orang yang lebih bagus, mendapatkan tempat yang lebih bagus, dan
seterusnya.
¡ø Anda merumuskan tujuan jangka pendek atau panjang yang ingin Anda
wujudkan, seperti misalnya menyelesaikan kuliah, meningkatkan penguasaan
bidang, menambah pengetahuan atau skill, dan lain-lain
Tiga hal di atas perlu dilakukan dengan catatan harus realistis: bisa
dilakukan dari mulai hari ini, dengan menggunakan sumber daya yang sudah
ada, dan dari lokasi hidup di mana Anda saat ini berada. Hindari membuat
program atau target yang "mengkhayal" atau hanya berfantasi atau terlalu
tinggi sehingga tidak bisa dilakukan dan tidak bisa diraih.
3.Menggunakan ketidakpuasan
Saat depresi, pasti kita tidak puas dengan hidup kita. Ini bisa positif dan
bisa negatif, tergantung bagaimana kita menggunakan. Bagaimana supaya bisa
positif? Salah satu caranya adalah dengan menggunakan ketidakpuasan itu
sebagai dorongan / motivasi unntuk melakukan sesuatu (menjalankan program,
meraih target atau tujuan). Anda bisa menggunakan ketidakpuasan atas masa
lalu dan hari ini sebagai pemacu untuk memperbaiki atau mengubah hari esok.
Jika PHK telah membuat Anda depresi, jadikan itu sebagai motivasi untuk
memperluas jaringan, memperbaiki skill, membangun karakter yang lebih
positif, dan seterusnya. Ini jauh lebih positif ketimbang kita hanya
merasakan depresi, mengasihani diri sendiri dan menyalahkan orang lain.
4. Memperbaiki / memperluas hubungan
Wilayah hubungan yang perlu diperbaiki adalah: a) hubungan dengan diri
sendiri: control diri, meditasi, dialog diri, dll, b) hubungan dengan orang
lain dan c) hubungan dengan Tuhan (meningkatkan iman). Memperbaiki hubungan
dengan diri sendiri akan membuat kita cepat mengontrol atau menarik diri
dari keadaan yang tidak menguntungkan kita. Kalau kita sadar bahwa kita
sedang depresi dan sadar bahwa kita harus segera mengambil tindakan,
tentunya ini akan beda persoalannya.
Memperbaiki hubungan dengan manusia akan membantu usaha yang kita lakukan
dalam mengatasi depresi. Kita tetap harus ingat bahwa manusia itu bisa
digolongkan menjadi dua: a) ada manusia yang menjadi sumber depresi buat
kita, dan b) ada manusia yang menjadi bantuan solusi atas depresi. Yang kita
butuhkan (sebanyak-banyaknya) adalah manusia kelompok kedua. Jangan sampai
kita menjauhi semua manusia, trauma kepada semua manusia, atau tidak percaya
pada semua manusia.
Bagaimana memperbaiki hubungan dengan Tuhan? Ada banyak cara untuk
memperbaikinya, antara lain: a) meningkatkan iman, b) menjalankan ajaran
agama yang kita pilih (formal dan non-formal) sampai benar-benar kita merasa
dan meyakini ada semacam "kebersamaan". Kebersamaan di sini bukan
kebersamaan yang "halusinasi" (tidak berdasar dan tidak berefek), tetapi
kebersamaan yang mendorong kita untuk melakukan hal positif dan menghindari
hal negatif. Kebersamaan seperti ini akan memperkuat dan mencerahkan.
5. Mengganti paham "perfection" menjadi "excellence"
Dengan bahasa yang sederhana dapat dijelaskan bahwa perfection adalah
menuntut kesempurnaan (dari orang lain, dari diri sendiri dan dari dunia
ini). Sementara, excellence adalah mengusahakan kesempurnaan secara
bertahap, perbaikan berkelanjutan. Perfection lebih dekat pada keyakinan
yang tidak rasional. Keyakinan seperti ini lebih mudah terkena depresi pada
saat kita ingin mengatasi depresi, misalnya saja kita tidak mau gagal lagi
(kemungkinan untuk gagal itu selalu ada), kita anti toleransi terhadap
kelemahan orang lain (semua orang punya kelemahan), dan seterusnya.
Menurut Susan Dunn, MA, (When Perfect Isn't Good Enough, www.selfgrowth.com,
perfeksionis dapat mengakibatkan hal-hal buruk yang antara lain adalah: a)
dapat mengantarkan kita pada isolasi diri, b)dapat mengantarkan kita menjadi
orang yang takut menghadapi resiko hidup, c) dapat mengantarkan kita pada
kesulitan dalam membuat keputusan atau sasaran hidup yang tepat, d) dapat
mengantarkan kita pada kesalahan dalam menilai diri (overestimate), e) dapat
mengantarkan kita menjadi orang kerdil yang sulit mempercayai orang lain.D