Jumat, 29 Juni 2007

Maaf ya..?

MAAF YA...?

KAlo kita jujur, kalimat tersebut merupakan kalimat faforit yang paling sering kita dengar saat ada peminta-minta termasuk para peminta sumbangan yang mengatasnamakan yayasan, ta'mir masjid dsb-dsb.
Tanpa mengurangi hormat saya terhadap niat tulus dari teman-teman yang sering mengucap kalimat "MAAF YA" tadi, aku ingin bertukar fikiran, mungkin pendapatku ini salah atau subyektif tapi setidaknya itu baik menurutku.

Aku pernah mendengar Cak Nun (Emha Ainun Najib) dalam sebuah renungan menyampaikan pesan bahwa kepada teman-teman untuk berbuat baik sesuai kemampuan. Salah satu yang dicontohkan adalah jangan kita melarang orang yang mau memberi sodakoh pada peminta dengan kata-kata "jangan diberi, itu tidak mendidik¡­!"

Argumen yang diajukan oleh Cak Nun dalam bentuk pertanyaan adalah " mampukah kita mendidik mereka ? jangan ¨Cjangan kalimat itu kita pilih sebagai kata-kata yang sudah jamak untuk menolak/mengusir mereka dengan cara yang halus. Kalo kita mampu mendidik, ya¡­didiklah, tapi kalo kita tidak mampu mendidik, apa salahnya kita memberi sekedarnya ? Siapa sih yang punya cita-cita jadi peminta-minta ?

Sesaat setelah aku renungkan pendapat Cak Nun di atas, aku jadi berpikir. Bukankah sadakah merupakan ujud kepekaan sosial yang hakiki ? Bukankah dengan sadakah kita sedang menabung kebaikan ? Bukankah dengan sadakah kita tengah menjalankan perintah Yang Maha Kuasa atas kita ? Bukankan kedatangan saudara-saudara kita yang nasibnya kurang beruntung lalu terpaksa menjadi pengemis adalah sarana yang dikirimkan oleh Allah untuk beribadah bagi kita ? dsb-dsb.

Dengan pertanyaan-pertanyaan tadi, aku jadi tersadar bahwa selama ini aku sering menyia-nyiakan sarana ibadah yang Allah kirimkan padaku.
Pertanyaan berikutnya, apakah kita sadar bahwa tiap saat kita sedang menerima sadakah dari orang lain ? Mungkin banyak diantara kita yang menjawab tidak, karena sejak lahir hingga dewasa dan tua selalu hidup dalam kecukupan. Tapi benarkah orang yang seperti itu tidak menerima sadakah dari orang lain ?
Ternyata salah, karena tidak ada diantara kita yang mampu menolak sedekah itu. Sadakah apa itu ?
Mari perhatikan isi dari do'a kita dan do'a semua muslim di seluruh dunia tentang ampunan dan keselamatan, pasti didalamnya mengandung kalimat "¡­ wa li jami'il muslimina wal muslimat.. dst "
Yang artinya, biarpun kita sedang tidur kita tetap sedang menerima sadakah dari saudara kita berupa doa untuk diampuni dosa kita dan diberi keselamatan, entah dari orang dekat atau jauh, kenal atau tidak kenal di Indonesia atau di Irak sana.
Dengan pemahaman inilah, aku berpikir tidak ada salahnya jika kita selalu bersedekah, berinfaq dan beramal jariah, sebagai balanching atas sadakah yang tak pernah kita sadari dari seluruh saudara kita.
Subhanaka la 'ilmalana, illa ma'alamtana, maha suci Allah, tidak ada yang kita tahu, selain yang Allah beri tahukan kekita.

0 komentar:

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Hosting