Kamis, 22 November 2007

Kemana engkau akan melangkah


Kehidupan dunia terkadang membuat kita lupa akan hakikat untuk apa kita ada,
untuk apa Allah menciptakan kita. Allah menciptakan kehidupan ini sebagai
ujian dan Allah telah menyiapkan balasannya. Kehidupan dunia ini seperti
persinggahan sementara sebelum ke kampung akhirat.

Mengapa dan untuk apa kita ada?
Saudaraku, yang semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepadamu …
Pernahkah kita merenungkan mengapa kita ada? Mengapa kita hidup di dunia
ini?
Apakah kerena keinginan dan rencana-rencana kita sehingga kita ada? Tidak,
kita tidak mungkin dapat menginginkan dan merencanakan karena kita belum
ada.
Lalu, apakah karena keinginan dan rencana kedua orang tua kita? Bukan juga,
berapa banyak pasangan suami istri yang menginginkan dikarunia anak tetapi
belum juga diberi. Adanya kita bukan atas kehendak kita, bukan juga karena
kehendak orang tua kita, lantas atas kehendak siapa?

Allah ta'ala menjelaskan dalam Al-Quran yang mulia

"Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur),
maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah,
kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari
segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami
jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki
sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai
bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan,
dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang
dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi
sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya" (Al-Hajj: 5)

Ya, adanya kita, adanya manusia, adanya jin, adanya alam semesta ini karena
kehendak dan rencana Allah. Lantas, adanya kita tentu bukan karena Allah
kurang kerjaan, iseng, atau hanya main-main saja, Allah menegaskan hal ini
sebagaimana firman-Nya

"Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di antara
keduanya dengan bermain-main" (Al-Anbiya: 16)

Allah menerangkan bahwa Dia ingin menguji para hamba-Nya, siapa yang taat
dan siapa yang durhaka, jadi kehidupan di dunia kita adalah untuk ujian!
Sadarkah kita? Mengapa kalau UAN, kalau SPMB, begitu disiapkan dengan betul,
sementara ujian yang paling besar terkadang kita lupa, atau pura-pura lupa,
atau yang lebih parah lagi kelau kita tidak tau bahwa hidup kita untuk
diuji! Mereka hidup seperti binatang, mereka hanya mengenyangkan perut dan
apa yang di bawahnya, mengumpulkan harta, berbangga-bangga dengan dunia,
lalu mati! Allah menjelaskan

"[Dialah Allah] Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu,
siapa di antara kamu yang paling baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi
Maha Pengampun" (Al-Mulk:2)

Saudaraku, yang semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepadamu …
Betul bahwa kehidupan adalah ujian kita, Allah akan menguji kebaikan amalan
kita. Mengapa Allah tidak mengatakan yang paling banyak amalnya? tetapi
Allah mengatakan yang paling baik amalnya. Dijelaskan oleh Fudhail bin Iyadh
bahwa yang paling baik amalnya adalah yang paling ikhlas dan yang paling
sesuai dengan contoh karena amalan tidak akan diterima kecuali ikhlas karena
Allah dan sesuai dengan contoh Nabi shalallahu'alaihi wa sallam. Kalau
begitu, penting sekali seseorang harus ngaji, harus belajar ilmu syar'i
karena tidak mungkin kita mengetahui materi ujian, mengetahui apa-apa yang
dilarang dan apa-apa yang diperintahkan kecuali dengan menuntut ilmu syar'i.
Bagaimana kalau seseorang ikut ujian tetapi tidak mau tahu materi ujiannya?

Surga dan Neraka, yakinkah kita?
Saudaraku, yang semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepadamu …
Mengapa beberapa waktu yang lalu ketika diskusi tentang poligami, kita
begitu yakin dan bersemangat membela ayat-ayat Al-Quran dan hadits Nabi
tentang syariat poligami; mengapa ketika diskusi tentang Ahmadiyah, kita
begitu lantang mengatakan bahwa dalam surat Al-Ahzab ayat 40: "Khootaman
Nabiyyin" maknanya adalah penutup para Nabi, tetapi,…mengapa kita jarang
mengungkit-ungkit ayat dan hadits tentang surga dan neraka? Apakah kita lupa
atau pura-pura lupa sehingga topik ini jarang kita pelajari?

Seringkali kita lupa diri, tidak tahu diri, sehingga kita lupa dengan tujuan
hidup ini, yakni ujian! Untuk mengingatkan kembali untuk apa kita di dunia
ini, saya bawakan hadits-hadits tentang surga dan neraka

Nabi shalallahu'alaihi wa sallam bersabda
"Surga dan neraka telah diperlihatkan kepadaku, maka aku belum pernah
memandang hari yang lebih banyak mengandung kebaikan sekaligus keburukan
daripada hari ini. Kalau kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya
kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis" Anas bin Malik melanjutkan,
"Tidak ada hari setelah itu yang lebih berat bagi para Sahabat dibandingkan
dengan hari tersebut. Pada hari itu, mereka semua menutup kepalanya sambil
terisak-isak karena tangisan" (HR Bukhari dan Muslim)

Bagaimana saudaraku? Apakah hatimu tergetar mendengar hadits ini? Kalau
seandainya tidak, maka engkau adalah manusia yang sangat perlu untuk
dikasihani, bagaimana tidak? Para sahabat yang jiwa, raga dan hartanya telah
mereka curahkan untuk membela dan memperjuangkan Islam, dengan ketakwaannya
mereka adalah manusia yang sangat takut kalau-kalau akhir kehidupan mereka
di neraka. Sementara kita….? Apa yang telah kita persiapkan? Apa yang telah
kita berikan untuk Islam dan kaum muslimin? Mereka dihina, dimusuhi,
dilempari, diusir dari kampung halaman, disiksa seperti Bilal,
lantas…pernahkah kita mengalami hal seperti itu?

Dalam riwayat lain disebutkan:
"Demi Allah, kalau kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian
akan sedikit bersenang-senang dan banyak menangis, dan kalian juga tidak
akan bersenang-senang terus di atas ranjang dengan istri kalian, lalu kalian
akan keluar menuju ke pegunungan (tempat menyepi) untuk beribadah kepada
Allah" Abu Dzar berkata, "Sampai-sampai aku menginginkan kalau diriku
hanyalah pohon yang tumbang" (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah dengan sanad
yang hasan)

Begitulah, begitu mengerikannya ketika kita dihisab di akhirat, hanya ada 2
pilihan, surga atau neraka, sampai-sampai Abu Dzar, seorang sahabat Nabi
yang keimanan dan amalnya tidak kita ragukan, membela Nabi, membela Islam…,
beliau kalau diminta memilih daripada dihisab, beliau memilih menjadi
sebatang pohon karena pohon tidak ada beban yang harus
dipertanggungjawabkan. Bagaimana dengan kita? Apa yang sudah kita siapkan
untuk hari perhitungan nanti? Apakah kita sudah menyiapkan amalan-amalan
kebaikan? Apakah kita sudah berprinsip bahwa "waktu adalah ibadah", atau
malah selama ini kita hanya membuang-buang waktu dengan sesuatu yang kurang
bermanfaat atau bahkan diisi dengan dosa dan kemaksiatan?!

Allah menjanjikan bagi hambanya yang taat akan diberi balasan yang tiada
taranya di Surga kelak. Surga merupakan tempat yang tidak ada di dalamnya
kecuali kenikmatan, dan kenikmatan yang paling nikmat adalah melihat wajah
Allah, dzat yang selama ini kita bergantung kepadanya, dzat yang ketika kita
sakit kita memohon kepada-Nya agar disembuhkan, dzat yang ketika kita
kekurangan kita memohon kepadanya, dzat yang apabila kita mendapat nikmat
kita bersyukur kepada-Nya, dzat yang selalu kita mohon kebaikan-kebaikan
kepada-Nya.

Kita adalah perantau …
Saudaraku, yang semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepadamu …
Bayangkan jika kita dalam sebuah perjalanan untuk menuju suatu pulau-kampung
halaman kita. Kemudian dalam perjalanan melewati sebuah pulau kecil, nahkoda
memerintahkan agar para penumpang singgah 3 hari untuk mengumpulkan bekal
berupa makanan dan minuman. Kemudian kita masuk hutan untuk mengumpulkan
bekal. Setiap penumpang bertanggung jawab masing-masing dan tidak dapat
saling berbagi bekal, nafsi..nafsi. Semuanya memikirkan keselamatan
masing-masing karena begitu berat perjalanan bahkan seorang bapak tidak
mungkin mau berbagi bekal dengan istri dan anak-anaknya, seorang ibu juga
tidak akan mau berbagi bekal kepada anaknya, masing-masing sangat
membutuhkan bekal tersebut untuk keselamatannya.

Apa yang akan engkau lakukan dalam 3 hari tersebut? Tentu engkau akan
memanfaatkan waktu yang hanya 3 hari untuk mencari makanan, mencari
buah-buahan dan air segar untuk bekal perjalanan karena perjalanan masih
jauh. Tetapi tidak semua seperti itu saudaraku, banyak diantara mereka malah
bersenang-senang di pulau kecil tersebut, membuat rumah bahkan ditingkat,
bersenang-senang sampai lupa bahwa mereka akan kembali melanjutkan
perjalanan sehingga harus mengumpulkan bekal yang cukup untuk sampai ke
pulau kampung asal kita. Ketika nahkoda mengumumkan agar semua penumpang
naik ke kapal karena perjalanan akan dilanjutkan, apa yang terjadi? Sebagian
penumpang mengumpulkan bekal yang cukup, sebagian hanya sedikit saja, dan
sebagian lagi lupa untuk pulang ke kampung halaman-mereka malah
bersenang-senang di pulau tersebut, membuat rumah bertingkat, membuat sawah
yang luas, beternak binatang dan lain sebagainya. Orang yang mengumpulkan
bekal cukup maka akan sampai ke kampung asal dengan selamat, orang yang
mengumpulkan bekal sedikit akan sakit-sakitan di perjalanan bahkan bisa jadi
meinggal dunia, adapun orang yang lupa akan perjalanan akan tinggal dipulau
kecil tersebut dan tidak akan pernah kembali ke kampung asalnya. Kemudian
tersiar kabar bahwa Pulau kecil tersebut ternyata pada hari ke 7 sudah
hilang tersapu tsunami!

Saudaraku, yang semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepadamu …
Hakikatnya kita semua adalah perantau, kita hanya singgah sebentar di dunia
ini. Ingatlah saudaraku, kampung halaman kita adalah di Surga, kakek moyang
kita asalnya tinggal di surga. Bukankah Adam 'alaihissalam asalnya tinggal
di surga? Kalau kita tidak dapat pulang ke surga, berarti kita telah terlena
seperti penumpang yang bersenang-senang dipulau kecil tersebut.

Saudaraku, saya sampaikan wasiat yang wasiat ini juga merupakan wasiat Nabi
shalallahu'alaihi wa sallam dan Sahabatnya yang mulia, Ibnu Umar
radhiallahu'anhuma

Dari Ibnu Umar radhiallahu'anhuma, ia berkata:
"Rasulullah shalallahu'alaihi wa sallam pernah memegang pundakku, lalu
bersabda, 'Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau pegembara'.
Ibnu Umar radhiallahu'anhuma berkata, "Apabila kamu berada pada waktu sore
janganlah kamu menunggu pagi hari, dan jika kamu berada pada waktu pagi
hari, janganlah menunggu sore hari. Manfaatkanlah waktu sehatmu sebelum
datang waktu sakitmu, dan manfaatkanlah hidupmu sebelum datang kematianmu'
(HR. Bukhari, Hadits Arbain An-Nawawiyah No.40)

Demikianlah wasiat Nabi shalallahu'alaihi wa sallam dan juga wasiat sahabat
Ibnu Umar radhiallahu'anhuma.

Saudaraku, yang semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepadamu …
Agar engkau tidak tersesat, agar engkau dapat pulang ke kampung
halaman-yakni ke Surga, maka engkau harus mempelajari agama ini dengan
serius. Untuk urusan kuliah saja engkau dapat serius, berapa banyak waktu,
fikiran, tenaga dan dana tercurahkan untuk kuliah? Sekarang, berapa banyak
waktu, fikiran, tenaga dan dana untuk menuntut ilmu syar'i yang telah engkau
curahkan?

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Aku tinggalkan dua perkara yang apabila kalian berpegang teguh pada
keduanya maka tidak akan sesat selama-lamanya yaitu Kitabullah dan Sunnahku,
(HR. Al-Hakim)

Saudaraku, yang semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepadamu …
Kita sering berdoa"Rabbana atina fiddunnya hasanah wa fil akhirati hasanah"
Ya Rabb, berikanlah kami kebaikan di dunia dan berikanlah kami kebaikan di
akhirat" Kebaikan di dunia adalah iman dan amal shalih dan kebaikan di
akhirat tidak ada yang lain kecuali Surga. Tidaklah dikatakan iman kecuali
dibangun diatas ilmu.

Kemanakah engkau akan pergi melangkah?
Saudaraku, yang semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepadamu …
Jalan petunjuk telah jelas, dan jalan kesesatan juga jelas. Saya yakin bahwa
engkau akan mengikuti jalan petunjuk, mempelajari ilmu syar'i dan
mengamalkannya. Engkau tidak akan mau terlena seperti penumpang yang
bersenang-senang di pulau kecil itu bukan? Jangan sampai engkau memohon
ketika ajal menjemput, pada saat meregang nyawa kemudian engkau memohon
kepada Allah

Kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang
telah aku tinggalkan (Al-Mu'minun :100)

Dan saat itu, keinginanmu tidak pernah akan dikabulkan

0 komentar:

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Hosting