Jumat, 26 Oktober 2007

JALAN KAKI MENJINAKKAN 9 PENYAKIT


JALAN KAKI MENJINAKKAN 9 PENYAKIT
Oleh: Dr. Handrawan Nadesul, Dokter Umum.

1. Pertama-tama tentu menekan risiko serangan jantung. Kita tahu
otot jantung membutuhkan aliran darah lebih deras (dari pembuluh koroner
yang memberinya makan) agar bugar dan berfungsi normal memompakan darah
tanpa henti. Untuk itu, otot jantung membutuhkan aliran darah yang lebih
deras dan lancar. Berjalan kaki tergopoh-gopoh memperderas aliran darah
ke dalam koroner jantung. Dengan demikian kecukupan oksigen otot jantung
terpenuhi dan otot jantung terjaga untuk bisa tetap cukup berdegup. Bukan
hanya itu. Kelenturan pembuluh darah arteri tubuh yang terlatih
menguncup dan mengembang akan terbantu oleh mengejangnya otot-otot tubuh
yang berada di sekitar dinding pembuluh darah sewaktu melakukan kegiatan
berjalan kaki tergopoh-gopoh! itu. Hasil akhirnya, tekanan darah
cenderung menjadi lebih rendah, perlengketan antarsel darah yang bisa
berakibat gumpalan bekuan darah penyumbat pembuluh juga akan berkurang.

Lebih dari itu, kolesterol baik (HDL) yang bekerja sebagai spons
penyerap kolesterol jahat (LDL) akan meningkat dengan berjalan kaki
tergopoh-gopoh. Tidak banyak cara di luar obat yang dapat meningkatkan
kadar HDL selain dengan bergerak badan. Berjalan kaki tergopoh-gopoh
tercatat mampu menurunkan risiko serangan jantung menjadi tinggal
separuhnya.

2. Kendati manfaat berjalan kaki tergopoh-opoh terhadap stroke
pangaruhnya belum senyata terhadap serangan jantung koroner, beberapa
studi menunjukkan hasil yang menggembirakan. Tengok saja bukti alami
nenek-moyang kita yang lebih banyak melakukan kegiatan berjalan kaki
setiap hari, kasus stroke zaman dulu tidak sebanyak sekarang. Salah satu
studi terhadap 70 ribu perawat (Harvard School of Public Health) yang
dalam bekerja tercatat melakukan kegiatan berjalan kaki sebanyak 20 jam
dalam seminggu, risiko mereka terserang stroke menurun duapertiga. 3.
Berat badan stabil. Ternyata dengan membiasakan berjalan kaki
rutin, laju metabolisme tubuh ditingkatkan. Selain sejumlah kalori
terbuang oleh aktivitas berjalan kaki, kelebihan kalori yang mungkin ada
akan terbakar oleh meningkatnya metabolisme tubuh, sehingga kenaikan
berat badan tidak terjadi. 4. Menurunkan berat badan juga. Ya, selain
berat badan
dipertahankan stabil, mereka yang mulai kelebihan berat badan, bisa
diturunkan dengan melakukan kegiatan berjalan kaki tergopoh-gopoh itu
secara rutin. Kelebihan gajih di bawah kulit akan dibakar bila rajin
melakukan kegiatan berjalan kaki cukup laju paling kurang satu jam. 5.
Mencegah kencing manis. Ya, dengan membiasakan berjalan kaki
melaju sekitar 6 km per jam, waktu tempuh sekitar 50 menit, ternyata
dapat menunda atau mencegah berkembangnya diabetes Tipe 2, khususnya
pada mereka yang bertubuh gemuk (National Institute of Diabetes and
Gigesive & Kidney Diseases). Sebagaimana kita tahu bahwa kasus diabetes
yang bisa diatasi tanpa perlu
minum obat, bisa dilakukan dengan memilih gerak badan rutin berkala.
Selama gula darah bisa terkontrol hanya dengan cara bergerak badan
(brisk walking), obat tidak diperlukan. Itu berarti bahwa berjalan kaki
tergopoh-gopoh sama manfaatnya dengan obat antidiabetes.

6. Mencegah osteoporosis. Betul. Dengan gerak badan dan berjalan
kaki cepat, bukan saja otot-otot badan yang diperkokoh, melainkan
tulang-belulang juga. Untuk metabolisme kalsium, bergerak badan
diperlukan juga, selain butuh paparan cahaya matahari pagi. Tak cukup
ekstra kalsium dan vitamin D saja untuk mencegah atau memperlambat
proses osteoporosis. Tubuh juga membutuhkan gerak badan dan memerlukan
waktu paling kurang 15 menit terpapar matahari pagi agar terbebas dari
ancaman osteoporosis. Mereka yang melakukan gerak badan sejak muda, dan
cukup mengonsumsi
kalsium, sampai usia 70 tahun diperkirakan masih bisa terbebas dari
ancaman pengeroposan tulang.

7. Meredakan encok lutut. Lebih sepertiga orang usia lanjut di
Amerika mengalami encok lutut (osteoarthiris). Dengan membiasakan diri
berjalan kaki cepat atau memilih berjalan di dalam kolam renang, keluhan
nyeri encok lutut bisa mereda. Untuk mereka yang mengidap encok lutut,
kegiatan berjalan kaki perlu dilakukan berselang-seling, tidak setiap
hari. Tujuannya untuk memberi kesempatan kepada sendi untuk memulihkan
diri. Satu hal yang perlu diingat bagi pengidap encok tungkai atau kaki:
jangan keliru memilih sepatu olahraga. Kita tahu, dengan semakin
bertambahnya usia, ruang sendi semakin sempit, lapisan rawan sendi kian
menipis, dan cairan ruang sendi sudah susut. Kondisi sendi yang sudah
seperti itu perlu dijaga dan dilindungi agar tidak mengalami goncangan
yang berat oleh beban bobot tubuh, terlebih pada yang gemuk.

Bila bantalan (sol) sepatu olahraganya kurang empuk, sepatu gagal
berperan sebagai peredam goncangan (shock absorber). Itu berarti sendi
tetap mengalami beban goncangan berat selama berjalan, apalagi bila
berlari atau melompat. Hal ini yang memperburuk kondisi sendi, lalu
mencetuskan serangan nyeri sendi atau menimbulkan penyakit sendi pada
mereka yang berisiko terkena gangguan sendi.

Munculnya nyeri sendi sehabis melakukan kegiatan berjalan kaki, bisa
jadi lantaran keliru memilih jenis sepatu olahraga. Sepatu bermerek
menentukan kualitas bantalannya, selain kesesuaian anatomi kaki.
Kebiasaan berjalan kaki tanpa alas kaki, bahkan di dalam rumah
sekalipun, bisa memperburuk kondisi sendi-sendi tungkai dan kaki, akibat
beban dan goncangan yang harus dipikul oleh sendi.

8. Ternyata bergerak badan dengan berjalan kaki cepat juga membantu
pasien dengan status depresi. Berjalan kaki tergopoh-gopoh bisa
menggantikan obat antidepresan yang harus diminum rutin. Studi ihwal
tarbebas dari depresi dengan berjalan kaki sudah dikerjakan lebih 10
tahun. 9. Kanker juga dapat dibatalkan muncul bila kita rajin berjalan
kaki, setidaknya jenis kanker usus besar (colorectal carcinoma). Kita
tahu, bergerak badan ikut melancarkan peristaltik usus, sehingga buang
air besar lebih tertib. Kanker usus dicetuskan pula oleh tertahannya
tinja lebih lama di saluran pencernaan. Studi lain juga menyebutkan
peran berjalan kaki terhadap kemungkinan penurunan risiko terkena kanker
payudara.

0 komentar:

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Hosting