Senin, 01 Oktober 2007

KASIHILAH SELAGI BISA


KASIHILAH SELAGI BISA
Untuk mengingatkan bahwa ada orang yang menyayangi kita (mungkin...) tanpa kita sadari... sampai suatu saat kita harus kehilangannya...... dan apakah kita harus kehilangannya lebih dahulu untuk menyadarinya....?

Semuanya itu disadari Lindang seorang direktur suatu perusahaan multinasional pada saat dia termenung seorang diri, menatap kosong keluar jendela rumahnya.

Dengan susah payah ia mencoba untuk memikirkan mengenai pekerjaannya yang menumpuk. Semuanya sia-sia belaka. Yang ada dalam pikirannya hanyalah perkataan anaknya, Hapsari, di suatu sore sekitar 3 minggu yang lalu.

Malam itu, 3 minggu yang lalu Lindang membawa pekerjaannya pulang. Ada rapat umum yang sangat penting besok pagi dengan para pemegang saham.

Pada saat Lindang memeriksa pekerjaannya, Hapsari, putrinya yang baru berusia 2 tahun datang menghampiri, sambil membawa buku ceritanya yang masih baru. Buku baru bersampul hijau dengan gambar peri.
Dia berkata dengan suara manjanya,
"Papa lihat !"
Lindang menengok ke arahnya dan berkata,
"Wah, buku baru ya ?"
"Ya Papa!" katanya berseri-seri, "Bacain dong !"
"Wah, Ayah sedang sibuk sekali, jangan sekarang deh", kata Lindang dengan cepat sambil mengalihkan perhatiannya pada tumpukan kertas di depan hidungnya.
Hapsari hanya berdiri terpaku di samping Lindang sambil memperhatikan. Lalu dengan suaranya yang lembut dan sedikit dibuat-buat mulai merayu kembali,
"Tapi mama bilang Papa akan membacakannya untuk Hapsari".
Dengan perasaan agak kesal Lindang menjawab,
"Hapsari dengar, Papa sangat sibuk. Minta saja Mama untuk
membacakannya."
"Tapi Mama lebih sibuk daripada Papa," katanya sendu.
"Lihat Papa, gambarnya bagus dan lucu."
"Lain kali Hapsari, sana! Papa sedang banyak kerjaan."
Lindang berusaha untuk tidak memperhatikan Hapsari lagi.

Waktu berlalu, Hapsari masih berdiri kaku di sebelah ayahnya sambil memegang erat bukunya.
Lama sekali Lindang mengacuhkan anaknya. Tiba-tiba Hapsari mulai lagi,
"Tapi Papa, gambarnya bagus sekali dan ceritanya pasti
bagus!
Papa pasti akan suka."
"Hapsari, sekali lagi Ayah bilang, lain kali!" dengan agak keras Lindang membentak anaknya.
Hampir menangis Hapsari mulai menjauh, "Iya deh, lain kali ya Papa, lain kali."
Tapi Hapsari kemudian mendekati Ayahnya sambil menyentuh lembut tangannya,menaruh bukunya dipangkuan sang Ayah sambil berkata,

"Kapan saja Papa ada waktu ya, Papa tidak usah baca untuk Hapsari, baca saja untuk Papa. Tapi kalau Papa bisa, bacanya yang keras ya, supaya Hapsari juga bisa ikut dengar."
Lindang hanya diam.

Kejadian 3 minggu yang lalu itulah sekarang yang ada dalam pikiran Lindang.Lindang teringat akan Hapsari yang dengan penuh pengertian mengalah.

Hapsari yang baru berusia 2 tahun meletakkan tangannya yang mungil di atas tangannya yang kasar mengatakan, "Tapi kalau bisa bacanya yang keras ya Pa, supaya Hapsari bisa ikut dengar."
Dan karena itulah Lindang mulai membuka buku cerita yang diambilnya, dari tumpukan mainan Hapsari di pojok ruangan. Bukunya sudah tidak terlalu baru, sampulnya sudah mulai
usang dan koyak. Lindang mulai membuka halaman pertama dan dengan suara parau mulai membacanya. Lindang sudah melupakan pekerjaannya yang dulunya amat penting.
Ia bahkan lupa akan kemarahan dan kebenciannya terhadap pemuda mabuk yang dengan kencangnya menghantam tubuh putrinya di jalan depan rumah.
Lindang terus membaca halaman demi halaman sekeras mungkin, cukup keras bagi Hapsari untuk dapat mendengar dari tempat peristirahatannya yang terakhir.
Mungkin...

Sumber: uknown

"Lakukan sesuatu untuk seseorang yang anda kasihi sebelum terlambat, karena sesal kemudian tidak akan ada gunanya lagi....
Lakukan sesuatu yang manis untuk orang-orang yang kamu kasihi, dengan waktu yang anda punya..."

" Maka syukuri lah apa yang kita miliki sebelum semuanya hilang karena tidak kita pedulikan"

0 komentar:

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Hosting