Kamis, 02 Agustus 2007

Pada Tali Allah Kuikat Cinta


Cinta telah mengikat erat jiwa-jiwa para pecinta. Dengan logika cinta yang kadang sulit dimengerti oleh akal sehat manusia. Cinta mampu merubah warna darah dan menghapus rasa asin pada air laut.


Sang pecinta mempersembahkan yang terbaik demi sang kekasih. Begitulah cinta telah menyihir setiap relung jiwa para pecinta Taj Mahal, yang terletak di tebing sungai Jumna, berhampiran Agra, India merupakan makam yang dibina oleh Shah Jahan (1614-1666) sebagai monument peringatan untuk Mumtaz Mahal, isterinya yang kelima.
Isterinya telah meninggal ketika melahirkan anak mereka yang ke-14 di medan pertempuran pada tahun 1631 ketika Shah Jahan dalam kempen memperluaskan tanah jajahannya. Begitu dalam cinta Shah Janan pada isterinya sehingga ia wujudkan dalam Taj Mahal nan indah. Setiap orang yang melihat langsung, bangunan ini akan merasakan satu hal yang sama, yaitu : Kekuatan Cinta.
Shah Janan berharap cinta mereka akan tetap kokoh berdiri seperti Taj Mahal dan keindahannya tak akan pernah tertandingi. Bahkan Shah Janan menjatuhi Ustad Isa (sang arsitektur) hukuman pancung. Di samping itu, kesemua tukang yang terlibat dalam pembuatan bangunan itu dipotong tangannya. Agar mereka tidak dapat membuat bangunan yang menandingi Taj Mahal.
Cinta Zulayka kepada pemuda tampan Yusuf, yang mendorongnya mampu menerobos sendi-sendi ketertutupan wanita. Cinta yang menggelora dalam dada Zulayka membuatnya berani merayu dan memaksa Yusuf bercinta dengannya. Ketika perbuatannya diketahui oleh suaminya. Berkatalah Zulayka, “ Apakah pembalasan terhadap orang yang bermaksud berbuat serong dengan istrimu, selain di penjara atau di beri azab yang pedih ? “ Begitu dalam cinta Zulayka pada Yusuf sehingga ia tidak rela jika sang kekasih dijatuhi hukuman berat. Menurut para ahli tafsir Al Qur’an, Zulayka lebih menekankan pada kata “ dipenjarakan” daripada kata “azab yang pedih”. Selain itu penyebutan kata ”dipenjarakan” diucapkan terlebih dahulu, yang berarti menunjukkan pilihan. Mengapa Zulayka lebih memilih Yusuf dipenjara ? Al Aziz - suami Zulayka- adalah raja yang terkenal kejam. Bukan perkara sulit baginya untuk membunuh Yusuf jika Zulayka memintanya. Namun ternyata Zulayka lebih memilih memenjarakan Yusuf agar ia dapat tetap melihatnya. Secara kasat mata, mungkin permintaan Zulayka untuk memenjarakan Yusuf merupakan suatu bentuk hukuman. Tapi sesungguhnya itu adalah cara Zulayka melindungi sang kekasih.
Begitulah sihir cinta, mantranya tak selalu terucap mesra Pernahkah anda mendengar cerita tentang seorang suami bernama Ibrahin (Nabi Ibrahim as, pen) yang terpaksa meninggalkan istri dan anak laki-lakinya yang baru saja lahir di sebuah gurun gersang ? Sang istri bukan kepalang terkejut, saat sang suami hendak meninggalkan diri dan bayinya.
Sehingga bertanyalah sang istri, “ Wahai Ibrahim, hendak kemanakah engkau pergi dan meninggalkan kami berdua disebuah lembah tak berpenghuni dan tak ada apa-apnya ini? “ Ibrahim terus berjalan tanpa menoleh, hingga sang istri bertanya lagi, “ Apakah Allah yang memerintahkanmu ? “ Ibrahim menjawab, “ Benar”. Mendengar jawaban suaminya yakinlah ia bahwa Allah tak akan menyia-nyiaknnya. Keteguhan Hajar -istri Ibrahim- saat mendengar jawaban suaminya adalah bukti taat pada Allah dan suami.
Sedangkan sikap acuh yang ditunjukkan Ibrahim bukan pertanda ia tidak peduli. Melainkan adalah bukti ketinggian cinta pada Allah SWT dan kelembutan hati. Sebagai seorang suami, apakah tidak akan goyah hatinya jika ia melihat belahan jiwanya merintih ? Begitulah cinta, hadirnya selalu mengalirkan kesejukan. Ia mampu mengalirkan energi yang menggelora dalam setiap jiwa yang membara. Namun mengapa cinta terkadang dapat menjadi bencana bagi manusia ? Apakah cinta telah merasuki jiwa-jiwa para pecinta semu ?


 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Hosting