Jumat, 10 Agustus 2007

Menulis di Media Cetak Indonesia (3)



Menulis di Media Cetak Indonesia (3)

Oleh: Mario Gagho *

Meresapi Gaya Orang Menulis


Di bagian sebelumnya disebutkan bahwa cara terbaik memulai menulis adalah LEARN THE HARD WAY. Langsung menulis menurut insting, tanpa belajar teori; bak cowok atau cewek yang rajin menulis diary kala sedang jatuh cinta. Dan langsung dikirim ke media.



Cara lain adalah dengan BANYAK MEMBACA TULISAN/ARTIKEL ORANG yang sudah dimuat. Resapi tutur bahasanya. Teliti cara pengungkapan idenya.
Umumnya tulisan apapun tak luput dari tiga unsur: pengantar, isi dan penutup/kesimpulan. Ketiga unsur ini tak pernah disebut tapi bisa dirasakan. Semakin banyak kita membaca tulisan orang, akan semakin mudah kita menyerap dan membedakan mana yang pengantar, isi dan kesimpulannya; dan semakin mudah kita 'meneladani' gaya dan cara ekspresinya.



Biasanya kita akan cenderung meniru gaya penulis tenar yang bentuk dan ide tulisannya paling sesuai dengan ide-ide kita. Rizqon, misalnya, yang cenderung terbawa gaya menulis Ulil Abshar-Abdalla, tokoh muda NU idolanya yang walaupun cuma lulus M.A. sudah sering memberikan general lectures di berbagai universitas beken Amerika seperti di Harvard Univ., Michigan Univ., dan lain-lain. Saat ini, Rizqon tampak sudah pindah meneladani gaya tulisan Saifuddin Zuhri, menteri agama RI era Sukarno yang produktif menulis. Anda bisa melihat gaya baru tulisan Rizqon Khamami ini dalam kumpulan tulisannya di situsnya: http://rizqonkham.blogspot.com/



Sedangkan Zamakhsyari Jamil cenderung meniru gaya menulis tokoh pujaannya dari Riau, Tabrani Yunis, bekas tokoh Riau Merdeka, yang kolomnis tetap di koran Riau Pos. Tulisan-tulisan Tabrani Yunis yang slengekan dan tajam tampak mewarnai tulisan ustadz muda KBRI ini. Kumpulan tulisannya yang sudah dipublished maupun belum bisa Anda temui di situsnya http://e-tafakkur.blogspot.com/



Saya sendiri, yang kata ayah saya "berotak lemah dan bodoh", cenderung meniru gaya tulisan yang mudah dipaham orang, kendatipun saya tidak terfokus meniru satu gaya tertentu. Tulisan-tulisan Hamka, Amin Rais, Jalaluddin Rahmat sangat mudah dicerna otak saya yang lamban, dan mungkin sedikit banyak mempengaruhi gaya saya menulis.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Hosting