Rabu, 15 Agustus 2007

Aku Tidak ingin Miskin



Aku Tidak Mau Miskin
Aku tidak mau miskin, tapi orang tuaku hidup daribelas kasihan orang lain, dan keluarga besarkumenjadikan aku seperti seorang pembantu, mungkin jugakarena mereka yang membiayai uang sekolahkuk. Akumerasa ditekan sana sini.


Apakah keluargaku memang ditakdirkan miskin?
Takdir. Apa sih takdir? Sebuah ketentuan ataukepastian? Bahwa sekeras apapun usaha yang kitalakukan, kalau sudah ditakdirkan begini, ya nggak akanberubah? Kalau bukan, kenapa banyak banget orang diluar sana yang kerja keras, pantang menyerah, tetapisetelah tahunan, bahkan terkadang, puluhan tahun,hidupnya nggak berubah?


Lalu kenapa, karena takdir? Manusia termasuk makhlukyang kompleks. Ya, kompleks, karena banyak sekalifakta bahwa banyak orang yang sukses dan berhasilkarena usaha mereka yang tidak kenal menyerah. Tetapidi lain sisi pula, banyak juga orang yang sepertinya,usahanya nggak keras-keras amat, tapi juga berhasil,yang tentu saja seperti bumi dan langit, kalaudibandingkan dengan orang-orang yang mungkin sudahpuluhan tahun bekerja keras, tapi hidup mereka nggakberubah-ubah juga.. Takdir?

Jawaban yang mudah, namun ternyata, kita bisa melihatlebih dari itu. Ketika seseorang punya pola pikirsukses (bisa juga disebut pola pikir kaya), makaterjadi perubahan pada citra diri orang tersebut (yangmenentukan gaya bahasa, bahasa tubuh, dll), sistemkepercayaan dalam hati orang tersebut (yang menentukankepercayaan diri, keberanian, konsistensi, dll), danjuga kebiasaan yang dilakukannya (disiplin, keuletan,dll). Jadi, ketika seseorang memiliki pola pikirsukses, maka ciri-ciri orang tersebut adalah orangyang tidak mau menyerah begitu saja pada kehidupan,kreatif dan selalu mencari cara lain untuk mencapaitujuannya (apalagi bila cara yang ditempuhnya sekarangtidak jalan seperti yang dimauinya), punya tujuan yangdikejar, dan mampu menahan sakit yang menghalangiuntuk mencapai tujuannya tanpa mengeluh (karena yakinbahwa suatu saat dia pasti bisa mencapai apapun yangdiinginkannya).

Coba lihat ciri-ciri ini. Ternyata, yang membedakanantara orang yang sukses (winner) dan yang menyerah(looser, saya tidak mau menggunakan kata gagal,kenapa? Karena gagal itu wajar dan biasa, orang yangtidak berani gagal, tidak akan pernah berhasil), bukansekedar usahanya, tapi apa yang mendasari usahanyatersebut, yang ada di dalam pikirannya.

Jadi bagaimana caranya merubah nasib atau takdir ini?Mulai ubah cara berpikir kita, misalnya, daripadabilang “nggak mungkin saya mencapai posisi itu”, cobaubah kata-kata di pikiran kita dengan “gimana caranyasaya mencapai posisi itu?”. Daripada bilang “Gakbisa”, lebih baik berkata “Belum bisa”. Sesederhanaitu? Iya, kenapa mesti dibuat rumit? Otak kitamerupakan alat yang luar biasa, di dalamnya bekerjapikiran kita. Beri perintah yang tepat, maka otak kitaakan mengerjakan apa yang kita perintahkan dengantepat. Masalahnya, banyak orang yang belum memberikanperintah dengan tepat. Harap diingat, bahwa pikirankita terbagi menjadi pikiran sadar dan bawah sadar.Yang menjalankan perintah kita (utk sukses, kaya,bahagia, dll) itu adalah pikiran bawah sadar, yangtentu punya cara dan waktu sendiri untuk memenuhikeinginan dan harapan kita itu. Yang dibutuhkan adalahkesabaran dan kesadaran, untuk setiap usaha dan apapunyang terjadi pada diri kita.
Coba dulu, kita akan menemukan hal-hal besar darihal-hal kecil yang kita biasakan setiap harinya...
Bagaimana aku bisa lepas dari tekanan dan tuntutanbalas budi?
Pertanyaan menarik, jawabannya sederhana... hidup inipilihan, so, pilih aja untuk lepas dari tekanan dantuntutan balas budi itu, gampang kan? Lho, nantidibilang ”gak tau diuntung”, atau ”gak tau balasbudi”. Ya, kalau begitu, jangan dilupakan, tapiditunda sebentar..


Maksudnya gimana? Gini, ketika seseorang berbuat”baik” (apakah baik secara tulus maupun secarapamrih), maka rata-rata orang akan merasa sebuahperasaan berhutang, yang kita sebut sebagai hutangbudi. Nah, perasaan ini merupakan perasaan yang sangatwajar, yang menjadikannya tidak wajar apabila terjadisecara berlebihan, yaitu menjadikan kita membenarkan”apa saja” yang dilakukan oleh orang yang memberikankita ”kebaikan” tersebut. Yang bisa kita lakukangimana?1. Lihat secara seimbang, kalau seseorang kitamembantu kita dengan sebuah pertolongan, katakan padadiri kita untuk bersiap suatu saat menolong dia saatdia kesulitan, dan saat itu hutang budi kita terbalas.2. Hutang budi TIDAK harus dibayar sekejab dankontan... pikirkan aja seperti konsep bank... kan adakredit.. apalagi kalau yang memberi itu memberikannyasecara tulus, maka kita bisa membayarnya di waktu dankesempatan lain ketika kita juga sudah mampumembayarnya (lebih mudah lagi kalau terhitung, sepertibantuan uang dan semacamnya)3. Rata-rata bantuan diberikan dengan tulus, jadi akanlebih menghormati pemberi bantuan tersebut, kalau kitamembalasnya suatu saat juga pada saat diamembutuhkannya, dan bisa dalam bentuk apapun (tenaga,materi, teman dikala duka, dll), selama kitamembalasnya juga dengan tulus (tanpa keterpaksaanbahwa kita HARUS balas budi).

Jadi? Ya, mulai untuk berpikir bahwa kita adalahmanusia bebas, manusia yang penuh dengan potensi...hari ini mungkin kita yang diberi bantuan (tangandibawah), tapi yakinlah (bukan mungkin, yakin..),bahwa suatu saat kita yang akan memberikan bantuan(tangan diatas, baik untuk balas budi, maupun padaorang lain).

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Hosting