Selasa, 10 Juli 2007

Marilah terseyum

MARILAH KITA TERSENYUM!

Bayangkan Anda bertemu dengan seorang sahabat. Pandang wajah sahabat yang berdiri di depan Anda, berikan senyum terindah yang Anda miliki. Lalu jabat tangan sahabat Anda dengan hangat. Bagaimana perasaan Anda?
Ada tiga kemungkinan. Pertama, Anda merasa biasa-biasa saja. Kedua, Anda merasa tidak nyaman, bahkan cenderung jengkel, karena sahabat Anda bereaksi dengan senyum terpaksa. Ketiga, Anda merasa nyaman, cenderung senang, sebab sahabat Anda mereaksi senyum Anda dengan senyum tulus.
Demikian pula halnya yang dirasakan oleh sahabat, atau orang lain yang bertemu dengan kita, jika kita memberikan senyum yang biasa-biasa saja, atau senyum yang terpaksa, atau senyum yang tulus. Jelas bagi kita, bahwa senyum bukan sekedar masalah psikologis belaka, melainkan merupakan kasus relasi, kasus bisnis, yang punya korelasi langsung dengan relasi antarinsan (hubungan antar-manusia). Artinya, bila kita berikan senyum terpaksa atau bahkan ”manyun” kepada orang lain, maka relasi kita dengan orang lain tidak nyaman, hasilnya kita rugi. Sebaliknya, jika kita berikan senyum tulus kepada orang lain, relasi kita menimbulkan rasa nyaman dan hasilnya akan positif.
Senyum, secara bahasa tubuh adalah gerakan otot pipi yang ditarik ke atas, dengan permukaan kedua bibir tetap menempel. Coba lakukan! Mungkin ada rasa canggung, tapi cobalah terus berlatih senyum. Lebih baik bila Anda lakukan di depan cermin sebagai alat evaluasi, sebab senyum merupakan bagian keterampilan (skill) yang hanya bisa dilakukan bila ada pembiasaan. Namun demikian, harap Anda tidak senyum-senyum sendiri di tengah banyak orang!
Konon, di negeri sakura ada kursus khusus tentang senyum, sebab senyum juga dapat menjadi terapi bagi banyak sakit hati. Senyuman memperkaya mereka yang menerimanya, tanpa membuat lebih miskin mereka yang memberikannya. Ini hanya memerlukan waktu sesaat, tetapi kenangannya kadang-kadang bertahan selamanya. Tidak ada seorang pun yang begitu kaya atau perkasa sehingga dia bisa hidup tanpa senyuman. Tidak ada seorang pun yang begitu miskin tetapi dia bisa diperkaya olehnya. Senyuman menciptakan kebahagiaan di rumah, mendorong itikad baik dalam bisnis, dan merupakan pertanda persahabatan. Senyuman mendatangkan istirahat kepada orang yang kelelahan, kegembiraan kepada orang yang patah semangat, sinar matahari kepada orang yang sedih, dan itu merupakan penawar alam yang terbaik untuk kesulitan. Namun senyuman tidak bisa dipinjamkan atau dicuri, sebab itu adalah sesuatu yang tidak ada nilainya bagi siapa saja kecuali kalau diberikan dengan ikhlas. Beberapa orang terlalu kelelahan untuk memberi Anda senyuman. Berilah mereka senyuman Anda, sebab tidak ada orang yang begitu membutuhkan senyuman seperti dia yang tidak punya lagi senyuman untuk diberikan.
Menurut sebuah penelitian, orang yang mudah tersenyum, lebih bahagia daripada mereka yang tidak pernah tersenyum. Beberapa ilmuwan pun telah membuktikan bahwa dengan tersenyum, kita mengeluarkan suatu zat kimia di dalam otak kita yang membuat kita merasa enak. Bagaimana pun, kita dapat tersenyum jika kita merasa yakin, senang dan terkendali. Begitu pula senyum dalam relasi antar-manusia sangat penting. Bahkan Dale Carnegie, menempatkan senyum sebagai prinsip yang ke-5 dalam 9 prinsip menjadi orang yang lebih ramah, dalam menjalin relasi antar-manusia.
Senyum, sedikit lengkungan di bibir yang dapat menyelesaikan banyak masalah. Tanpa sadar, orang lain akan merasa dirinya lebih nyaman, dan menganggap Anda tahu apa yang sedang Anda lakukan. Sikap positif Anda akan mengubah mereka. Tetaplah tersenyum, dan mereka akan tersenyum juga. Senyuman yang tulus dan lembut merupakan cara hebat untuk menjalin hubungan antar-manusia. Memang tidak selamanya senyum itu cocok dalam segala situasi. Meskipun senyum itu adalah bahasa universal, namun kita juga harus tahu konsinya, kondisi dan situasinya. Kalau Anda akan memberikan sambutan pada upacara pemakaman, disarankan Anda tidak perlu menampakkan wajah ceria dihiasi senyum. Tetapi dalam pembicaraan dengan topik serius, bukan berarti Anda harus selalu tampak membosankan. Tunjukkan keceriaan di wajah Anda untuk memberikan kontras pada pembicaraan yang serius. Tersenyumlah saat menyampaikan hal-hal positif, dan kemudian ubahlah menjadi ekspresi yang tenang pada hal yang kritis. Kontras seperti ini, jika alamiah, akan membawa dampak positif bagi gagasan-gagasan Anda.
Senyum, adalah ekspresi dari perasaan atau emosi. Sumbernya adalah apa yang kita persepsikan atau apa yang kita pikirkan. Zig Ziglar dalam bukunya ”See You at The Top”; mengungkapkan 40% manusia kuatir akan sesuatu yang belum terjadi; 30% kuatir dengan apa yang telah terjadi; dan 10% kuatir atas hal-hal yang tidak mendasar. Mereka itulah yang berpotensi memberikan senyum terpaksa, sebab perasaan mereka dipenuhi dengan kekuatiran. Padahal, adakah yang dapat kita lakukan sambil memelihara rasa kuatir?
Tidak begitu banyak manusia yang menyerahkan segala kekuatirannya kepada Sang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Mereka bukan menyerah, tetapi begitu optimis, karena mengandalkan hasilnya kepada kehendak Yang Maha Kuasa. Mereka inilah yang berpotensi memberikan senyum tulus, sebab segala sesuatu dipersepsikan dengan penuh sukacita, penuh rasa syukur. Dalam kaitan inilah kita semakin memahami bahwa senyum adalah ekspresi rasa syukur pada Yang Maha Kuasa. Jadi, senyum memang tidak boleh dilakukan dengan terpaksa, melainkan harus penuh sukacita

0 komentar:

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Hosting