Jumat, 06 Juli 2007

SAHABAT

Ini cerita tentang persahabatan, juga tentang hal-hal kecil yang
memanusiakan. Kita tidak akan menyadarinya sampai suatu waktu
seseorang mengungkapkan betapa berartinya hal kecil yang pernah kita
lakukan untuk orang lain.

***

Ada yang selalu dilakukan Hendi setiap pagi dan sore di kantornya.
Sebuah sapaan khas selalu diucapkannya setiap pagi kepada Surya,
office boy (OB) kantor tempatnya bekerja. "Assalaamu'alaikum mas
Surya, apa kabar? Keluarga sehat?" tentu saja yang disapa merasa
senang dan membalasnya dengan senyum. Begitu pun setiap sore menjelang
pulang, setiap kali berpapasan dengan Surya, "Mas Surya, saya pulang
dulu ya, salam buat keluarga di rumah. Assalaamu'alaikum" .

Kadang jika siang hari, saat semua karyawan bergegas keluar kantor
untuk makan siang, Hendi terlebih dulu mampir ke pantry menemui Surya.
"Sudah makan siang mas?" yang ditanya selalu menjawab dengan senyum
khasnya plus sejumput kalimat singkat, "saya sudah bawa pak, silahkan
bapak makan duluan". Hendi tak sekadar menyapa, sebetulnya dia sudah
tahu jika hampir setiap hari Surya selalu membawa kotak makanan yang
disiapkan isterinya dari rumah.

Tidak setiap hari Surya membawa kotak makan, Hendi tahu itu. Sebab ia
sering membuka lemari di pantry tempat Surya biasa menyimpan kotak
nasinya. Begitu ia tak mendapati kotak nasi, maka bukan pertanyaan
"sudah makan siang mas?" melainkan sebuah ajakan tak berbunyi. Hendi
menarik tangan OB itu dan mengajaknya ke kantin untuk makan bersama.
Meski seringkali Surya menolak halus, "maaf pak, saya harus menuangkan
air putih ke gelas-gelas yang sudah kosong".

Suatu hari, Hendi mengajukan surat pengunduran diri dari kantornya. Ia
mendapat tawaran bekerja di perusahaan lain dengan jabatan yang lebih
tinggi dan sudah pasti gaji yang juga lebih besar. Karena Hendi
merupakan salah seorang manager terbaik di perusahaan itu, pimpinannya
berupaya mencegah Hendi meninggalkan kantor itu. Demi dapat menahan
lelaki itu pindah pekerjaan, pimpinannya menawarkan promosi jabatan
dan gajinya dinaikkan.

Namun Hendi tak bergeming dengan tawaran itu. Tekadnya sudah bulat
untuk berpindah kantor. Pun seorang Sarah yang menahannya, lelaki itu
tetap pada pendiriannya. Sarah, gadis cerdas, cantik dan profesional
yang selama hampir setahun dekat dengan Hendi tak berhasil membuat
Hendi mengurungkan niatnya.

Selama lebih dari dua pekan, segala upaya pimpinan dan semua rekan
kantornya menahan Hendi tak membuahkan hasil. Sampai akhirnya hari
yang ditentukan itu pun tiba. Hendi memeluk satu persatu rekan
kerjanya, mulai dari pimpinan perusahaan, para manager partner
kerjanya, dan semua staff di perusahaan itu. Tetes air mata Sarah pun
tak membuat hatinya mendung, "kita masih bisa bertemu kok…", katanya.
Orang terakhir yang hendak dipeluk Hendi adalah Surya. Sang OB yang
sejak mengetahui rencana kepindahan `sahabatnya' itu sering terlihat
murung. Hendi mendekati Surya dan memeluk tubuh kecil lelaki itu. Saat
memeluk sang OB, terasa gerimis di hatinya mendengar kalimat, "selama
saya bekerja di sini, hanya pak Hendi yang benar-benar memanusiakan
saya. Saya tidak tahu apakah masih bisa mendengar sapaan di pagi,
siang dan sore seperti yang biasa bapak lakukan untuk saya…"

Pelukannya semakin kuat dan Hendi merasa tak ingin melepaskan Surya.
Ia menjatuhkan tas di tangannya dan meminta Surya untuk meletakkannya
kembali ke meja kerjanya. "Tolong letakkan kembali barang-barang saya
di meja kerja saya ya mas…" pintanya.

***

0 komentar:

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Hosting