Selasa, 03 Juli 2007

Biarkanlah Jiwa Kebaikan Bersemanyam dalam Diri Kita ...

Biarkanlah Jiwa Kebaikan Bersemanyam dalam Diri Kita ...

Tak perlulah kita gundah untuk semua kebaikan yang kita lakukan meski
sekuat tenaga kebaikan yang coba kita torehkan untuk orang lain
tetapi orang lain tetap tak bergeming, curiga, bahkan menyudutkan dengan
tuduhan bahwa seolah mereka mencium aroma kebusukan di balik
semua tindakan yang kita lakukan. Risau dan gundah, buanglah jauh-jauh
perasaan demikian. Bisa jadi mungkin orang tidak memahami
dengan pasti kebaikan yang kita berikan, atau kemampuan atau sumber daya
menerima untuk menerima kebaikan kita terbatas, atau bisa jadi
memang itu memang sebuah ujian untuk kita hadapi dalam menaiki anak
tangga ketulusan.

Janganlah banjirnya pujian membuat kita begitu terlena, atau sebaliknya
janganlah pula kita berlama-lama dengan kecewaan yang mendera akibat
penerimaan orang lain tidak seperti yang kita harapkan. Karena memang
kita tak pernah mengukur sebuah ketulusan dan pamrih. Dan tentunya
mendengar pujian adalah sebentuk pamrih juga yang semestinya tak
diperlukan dalam sebuah ketulusan. Jelas bukan, putuskan ikatan
kekecewaan
dari hati kita oleh cibiran dan hinaan orang lain yang terus mengganggu
niat baik yang keluar dari lubuk hati yang tulus. Biarkan hati kita
mengalir butiran
air kebaikan dalam keluasan samudera hati.

Berbuat baiklah terus seakan-akan kita tak menyadari sedang melakukan
kebaikan. Semestinya memang kita tak perlu merasa baik, karena di saat
kita
merasakannya, kebaikan itu mengambil jarak dari kita. Ia menjadi sesuatu
yang lain dari diri kita. Semestinya kebaikan menyatu dalam diri kita.
Di saat mengasah sebuah pisau, takkan kita dapati ia menjadi tajam,
hingga kita berhenti untuk merasakan ketajamannya. Di saat kita
melakukan kebaikan,
kita tak perlu berusaha untuk menyadarinya. Biarkan kebaikan mengalir
begitu saja, karena hanya bila kita berhenti sajalah kita baru bisa
merasakannya.
Dan di saat berhenti, kebaikan itu bukan lagi milik kita. Di saat kita
berusaha merasakannya, kebaikan itu sudah menjadi milik pisau.

Biarkan orang lain memperlakukan kita sikap atau cara apapun yang
mungkin dapat saja begitu menyakitkan hati, biarkan kebaikan kita
dihempaskan
sedemikian rupa, karena memang mutiara tetaplah mutiara meski terletak
di dasar lumpur pekat sekalipun. So, tak ada alasan kita menjadikan hati

nelangsa dan gundah gulana. Yang pasti dunia kita tidak akan segera
berakhir hanya karena orang lain tak menyukai keberadaan dan segala
kebaikan
yang kita lakukan, bukan!

0 komentar:

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Hosting