Kamis, 20 September 2007

Lelaki yang Dimandikan Malaikat

Lelaki yang Dimandikan Malaikat

Malam sebentar lagi akan beranjak dari tahtanya; kembali ke alamnya yang tak kelihatan ranah tepinya untuk digantikan tugasnya oleh pagi. Dan mentari pagi, semburat cahayanya sebentar lagi akan muncul. Shubuh, masih tinggal beberapa waktu lagi.

Hanzhalah, demikian nama lelaki itu. Belum juga sehari dia menggenapkan dien-nya. Namun, ketika gema jihad diteriakkan menjelang shubuh itu, ia pun langsung beranjak dari peraduannya.


Di medan Perang Uhud, yang diikuti oleh lelaki itu, ia berperang dengan gesit. Pedangnya bergerak leluasa mencari sasaran yang tepat. Berkali-kali orang Quraisy yang masih berkutat dalam lembah jahiliyah itu mati terbunuh di tangannya.


Sementara itu, dari kejauhan Abu Sufyan melihat lelaki yang gesit itu. Dia ingin sekali mendekat dan membunuhnya, tetapi nyalinya belum juga cukup untuk melaksanakan makarnya itu. Kemudian dengan tipu dayanya ia memanggil salah seorang anak buahnya, Syadad bin A-Aswad mendekat kemudian menghantamkan pedangnya ke tubuh Hanzhalah.


Akhirnya, Hanzhalah pun wafat, menyusul para syuhada lainnya di Perang Uhud. "Hanzhalah dibayar dengan nyawa Hanzhalah, " begitu desis Abu Sufyan bergembira kara api dendamnya untuk membayar nyawa anaknya, Hanzhalah, yang dibunuh oleh Handzalah itu di Perang Badar telah terpenuhi.


Setelah selesai pertempuran, para sahabat pun mencari teman-temannya. Tapi ada yang aneh di situ. Mayat Hanzhalah malah meneteskan air bening. Seluruh tubuhnya dalam keadaan basah seperti habis dimandikan, padahal di dekatnya tidak setetes pun air mereka jumpai. "Sesungguhnya, sahabatmu ini barusan dimandikan malaikat, " kata Rasulullah. Dalam riwayat lain dikatakan, "Saya melihat para malaikat memandikannya dalam bejana yang terbuat dari perak, dengan air mendung yang menggantung antara langit dan bumi."


Para sahabat pun penasaran. Mereka ingin tahu, apa rahasia lelaki putera Abu Amir yang masih dalam kejahiliyahan itu. Bukankah seorang syahid tidak perlu dimandikan? Bukankah di situ ada sahabat lain yang lebih masyhur? Kenapa hanya Hanzhalah?


Akhirnya, kemudian diutuslah seseorang menemui istrinya dan menanyakan perihal suaminya.


"Saya memang telah mendengar perihal suami saya, " katanya. "Ketika dia keluar ke medan perang, dia habis menggauliku. Dia keluar masih dalam keadaan junub saat seruan jihad itu terdengar." [1]


Dengan demikian, saat syahid menjemputnya, para malaikat pun memandikannya karena belum sempatnya ia menunaikan mandi janabat saat gema jihad dikumandangkan.



Dikutip dari Yas'alunaka Fiddiini wal Hayaah yang diterjemahkan menjadi "Dialog Islam" karya Dr. Ahmad Asy-Syarbaasyi (dosen Universitas Al-Azhar, Cairo), Penerbit Zikir, Surabaya, 1997, cetakan pertama

0 komentar:

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Hosting