Kamis, 13 September 2007

Malam Jum'at di Masjid Rungkut Jaya


Malam Jum'at di Masjid Rungkut Jaya. Suatu kali.

Beberapa ayat telah dikupas dari berbagai tafsir:
Jalalain, Al-Mishbah,
Al-Azhar, Adz-Dzikra, Fii Dzilalil Qur'an, dan
beberapa tafsir berbahasa
Jawa dan Inggris.

"Saya pernah berdoa yang tak biasa, Pak," kata Bu
Kus membuka sesi
pertanyaan.

"Apa itu, Bu Kus?" tanya Pak Suherman Rosyidi, Sang
Ustadz.

"Suatu kali saya berdoa: Ya Allah, jadikan saya
isteri yang selalu
terlihat cantik di mata suami."

"Doa yang bagus, dong," sergah Pak Ustadz, "lalu apa
yang terjadi?"

"Ya, memang bagus, Pak Herman. Tetapi, esok harinya
wajah saya mulai
ditumbuhi jerawat yang saya tidak tahu darimana
datangnya. Banyak.
Beberapa hari kemudian malah memenuhi seluruh wajah.
Saya jadi
kebingungan. Akhirnya mau tidak mau saya harus
menjalani perawatan
kecantikan wajah ke sebuah salon kecantikan, suatu
hal yang tidak pernah
saya lakukan. Saya harus datang ke tempat itu untuk
membersihkan jerawat
di muka saya. Berkali-kali. Berhari-hari. Hasilnya
tentu saja
mengejutkan saya. Wajah saya menjadi lebih bersih
dari semula. Lebih
cantik."

"Berarti doa ibu dikabulkan sama Allah. Ya nggak?"
"Ya, sih Pak. Tetapi itu belum seberapa, Pak."

"Maksudnya gimana?"

"Saya juga pernah berdoa yang tak biasa, Pak. Doa
yang lain."

"Apa itu?"

"Saya berdoa agar Allah menjadikan saya isteri yang
setia pada suami."

"Doa yang bagus juga. Lalu apa yang terjadi, Bu?"

"Esok harinya, suami saya jatuh sakit. Tak bisa
bangun. Ia harus dirawat
di rumah sakit. Berhari-hari. Saya mau tak mau harus
menungguinya selama
terbaring itu. Saya bahkan sampai merasa itu semua
seperti ujian bagi
saya. Ujian terhadap kesetiaan saya, apakah saya
tetap setia pada suami
apa tidak. Saya seketika teringat akan doa yang
pernah saya panjatkan
sebelumnya."

"Berarti doa ibu dikabulkan sama Allah. Ya nggak?"
"Ya, sih, Pak."
"Lalu sekarang, pertanyaannya Ibu apa?"

"Bukan pertanyaan, Pak."
"Lalu apa?"

"Sekarang ini, saya justru merasa takut untuk
berdoa. Gimana ini?"

***

"Apakah Tuhan memberikan apa yang engkau harap
dengan mengantarkannya
dalam bungkusan yang indah?"
Neno Warisman pernah bertanya demikian pada sebuah
acara di televisi,
mengutip pernyataan seorang pakar yang aku lupa
namanya.

"Tidak!" lanjut Neno. "Tuhan tidak mengantarkan apa
yang engkau minta
dalam sebuah bungkusan yang menarik lagi indah.
Bahkan Ia
mengantarkannya dalam bungkusan yang jelek, ruwet,
carut-marut, dan
kelihatannya sukar untuk dibuka.

Pertanyaannya adalah: mengapa?"

"Itu tidak lain karena Ia ingin melihat bagaimana
engkau membuka
bungkusan itu dengan penuh kesabaran, telaten,
bersusah-payah lapis demi
lapis, sedikit demi sedikit, terus, terus, dan
terus. Tak pernah
berhenti apalagi berpaling. Hingga pada akhirnya
bungkus terakhir
terbuka dan engkau mendapatkan sesuatu yang engkau
harapkan ada di
dalamnya."

Bukankah Allah pasti akan mengabulkan apa yang
hamba-Nya pinta? Kuncinya
kalau begitu adalah: jangan pernah berhenti memuja.
Jangan pernah
berhenti berharap.

Allah tidak tidur.
Allah mahamengetahui.
Allah mahamendengar.
Dia maharahman dan rahim.

Sungguh tak ada yang sepatutnya kita lakukan kecuali
selalu berprasangka
baik pada setiap pemberian-Nya. Entah nikmat, entah
musibah. Karena
musibah pun mungkin hanyalah bungkus belaka; yang
selayaknya kita yakini
bahwa itu semua hanya karena Ia ingin melihat kita
membukanya dengan
sepenuh cinta.

sUMBER EMAIL : SEORANG SAHABAT

0 komentar:

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Hosting