Selasa, 18 September 2007

TULISAN YANG ENAK DAN PERLU DIBACA


TULISAN YANG ENAK DAN PERLU DIBACA
oleh : Fiyan Arjun

Sering saya mengalami kegagalan saat hendak menulis (menghasilkan karya). Lalu ketika saya usai menulis terus kembali saya membaca dan membacanya lagi saya sempat bingung. Bingung? Ya, saya bingung karena tidak tahu apakah tulisan yang saya tulis itu bagus atau tidak? Soalnya, sempat ketika saya menyerahkan tulisan saya kepada seorang kawan ia berkomentar," tulisan ini tidak sama sekali menarik. Tidak menggugah bagi yang untuk membacanya."

Saya yang mendengarnya komentarnya seperti itu sempat putus asa dan bergumam," yaa…percuma dong saya menulisnya? Sudah lelah menulis tapi tidak ada bagus-bagusnya tulisan saya itu."

Mungkin itulah yang ada dibenak saya bila ada seseorang yang membaca tulisan saya lalu berkomentar seperti itu. Halnya seperti komentar kawan saya itu. Akhirnya saya bertanya pada diri saya kalau begitu bagaimana tulisan yang bagus itu? Tapi bukan hanya bagus saja selain itu enak dan perlu dibaca sehingga bagi yang membacanya ikut tergugah jika membaca tulisan itu?

Itulah yang dimaksud tulisan yang baik dan bagus. Jangan asal sekedar menulis atau menghasilkan tulisan semata. Itu yang harus diperhatikan! Menulis sih gampang? Anak SMP saja bisa kok menulis jika tidak melihat apakah tulisannya itu baik dan bagus apalagi bisa menggugh pembacanya. Bukankah begitu? Kerena tulisan yang menggugah hati pembacanya itu sangat-sangatlah baik dan juga bagus. Tetapi juga tak semudah itu kita menulisnya. Halnya ini mengingatkan saya pada waktu mengikuti acara Jumpa Penulis. Disitu saya meminttandatanganya salah satu hasil karyanya (novel). Dan si penulis tadi menorehkan tandatangannya serta memberikan kata-kata bijak. "Menulis dengan nurani." Ya, kata-kata bijak itu masih saya ingat sekali sampai sekarang. Hingga akhirnya timbulah artikel ini hinga menjadi sebuah inspirasi untuk saya. Indah sekali….bukan?

Sebab itulah sebuah tulisan yang dikatakan bagus apabila tulisan itu dapat menggerakan pikiran dan menggugah pembacanya. Memang ukuran penilaian seperti ini tidak masuk akal. Tidak logis. Saya sendiri juga masih bingung. Seperti apa tuilisan yang mengugah itu sampai sekarang? Apakah kita harus merayu seperi ini. Bacalah tulisan saya ini. Pasti hati Anda akan tergugah. Apakah seperti itu? Tulisan yang enak, perlu dibaca dan sekaligus bisa mengugah pembaca? Entahlah. Namun hal itu tak semudah dilakukan karena menilaii sebuah tulisan yang bagus atau tidaknya banyak dilakukan berbagai cara.

Salah satunya adalah menulis dengan secara jujur. Menulis secara jujur? Maksudnya? Apakah semua yang kita tulis harus kita "obral" kepada sema pembaca? Tentunya hal itu terlalu berlebihan bukan? Karena dengan menulis secara jujur seluruh diri orang yang menulis terlihat secara total dan penuh pada saat ia membuat tulisannya. Atau, kata lain feel menulis sudah dapat. Alias, soul untuk menulis ikut bermain. Mungkin lebih spesifiknya lagi pada saat menulis orang yang menulis tulisan itu benar-benar mengeluarkan seluruh karakter dirinya dan kemudian diikutkan dengan setiap kata yang tertulis. Ya, mungkin seperti tulisan yang saya tulis selama ini. Karakter tulisan saya tulis itu lucu? Garing? Menarik? Bertele-tele? Atau, berlebihan. Ih, jadi ge-er nih. Mungkin pembacalah yang lebih mengetahui dari pada saya ini.

Lalu bagaimana dengan tuisan yang dimaksud dengan tulisan yang enak dibaca?

Sepengetahuan saya tulisan yang enak dibaca itu? Tulisan yang sudah dibaca langsung "dimakan" gitu maksudnya? Entah. Ini menurut saya lho? Tapi menurut sepengetauan saya baca dari berbagi buku how to penulisan tulisan yang enak dibaca itu apabila tulisan itu diatur sedemikian rupa oleh penulisnya. Baik dengan cara style bertuturnya yang baik mendiskripsikan hingga apa yang akan dituangkan dengan secara detail. Sehingga tulisan yang dihasilkan itu apabila dibaca oleh seseorang dan tulisan itu dapat menjelma bagaikan obrolan. Ya, seperti kita mengobrol sesama sahabat, ibu, ayah maupun orang lain. Lawan bicara. Saling feedback, begitu menurut ilmu komunikasi. Satu dengan saling menerima. Colin Rose mengatakan dalam karyanya yang inspiratif K.U.A.S.A.I, Lebih Cepat: Buku Pintar Accelarated Learning," tulisan yang bagus itu biasanya bernada seperti mengobrol. Tentunya untuk beberapa topik, gaya yang lebih formal pasti lebih sesuai—tetapi jangan salah menganggap bahwa
bersikap serius itu sama dengan bersikap memebesarkan."

Kalau begitu bagaimana dengan tulisan yang perlu dibaca?Padahal setiap tulisan yang asyik dan enak dibaca pasti perlu dibaca dong? Lalu bagaimana dengan tulisan yang perlu dibaca sesuai dengan keinginan pembaca? Apakah seperti slogan majalah yang laris beredar di Indonesia, Tempo. Perlu Dibaca. Tulisan yang perlu dibaca adalah tulisan yang membuat siapa saja yang membaca tulisan itu lantas terbangkitkan, selera membacanya. Bukankah sebaliknya malah bikin membosankan dan bikin ngatuk yang membacanya? Apabila selera membaca terbangkitkan, tentulah dia akah bergairah membaca dan akan membaca tulisan itu berulang-ulang kali lantas terbangkitkan. Tentulah itu ketika membacanya akan bergairah untuk membaca dan akan membaca tulisan tersebut. Dengan perasaan yang senang sekali.

Dan kreteria itu –yang "perlu" banyak didasari beberap macam hal yang perlu diketahui oleh penulis. Diantaranya:
1. Memenuhi kaidah penalaran (logika) (Reasoning).
Itu harus Masa sih saat kita menulis kata-kata yang kita tulis tidak masuk diakal dan terlu mengada-ada. Halnya kita mengarang. Apa saaj kita tulis walau tulisan yang kita tulis tidak masuk dilogika kita.
2. Melakukan pemilihan diksi yang up to date!
Yup, sebagai penulis kita harus bisa membuat kata-kata diksi) yang akurat. Jangan seenaknya tanpa berpikir apakah kata itu bermakna atau tidak? Terlebih-lebih jika tulisan itu tidak enak dibaca dan terlalu mubazir atau sebaliknya? Itu salah besar namanya! Kalu kita tidak memperhatikan hal ketentuan semacam itu
3. Mengadung koherensi yang baik dalam setiap kelompok kepala gagasan yang dirumuskan.
Jadi setiap apa yang kita tulis itu harus sesuai dengan gagasan utama (lead) yang benar-benar sesuai dengan apa yang kita tulis. Apakah kata-kata itu mewakili kalimat yang kita tulis atau tidak? Itu yang perlu kita pertimbangkan sebelum kita menuliskannya. Sebab gagasan utama itu mewakili segala semua cerita atau tulisan yang akan kita tulis. Bukankan begitu?.

"Untuk itulah menulis adalah pergulatan hidup dalam intinya yang terdalam." Begitu kata Romo Sindhu. "Semacam upaya untuk menemukan dan menentukan indentitas kita yang paling orsinal. Bahwa menulis bukan hanya pekerjaan yang menyenangkan tetapi juga kerpeluan untuk mencari jati diri kita yang hilang dan tenggelam dalam perlbagai kedangkalan. Terutama penyakit pada diri manusia yaitu malas untu kmeulis.

Pahmilah apa yang saya tulisan ini. Saya akan mencoba memberikan suatu bandingan. Begini apabila pada saat menuliskan gagasan seseorang penulis berbohong. Tulisannya itu akan ikut "berbicara" dan tidak akan bagus hasilnya. Dan terlihat dari apa yang ia tulis seakan-akan tulisan itu bukan dirinya yang berbicara. Seperi tulisan tanpa roh. Terlalu dibuat-buat dan tidak elegan serta fleksible. Terlalu mengada-ada. SEMAU GUE GETHO LOH? Penulis menuliskan tulisannya secara tidak jujur. Inilah sebenarnya yang ingin saya maksudkan. Bukan arti dalam sesungguhnya. Penulis itu berbohong? Bukan! Itu bukan sama sekali. Melihat apa yang ia tulis tidak sesuai apa yang sebenarnya terjadi. Itulah semua kreteria sebuah tulisan yang enak dibaca dan perlu dibaca serta bisa mengugah hati pembacanya.

Akhirnya kata dari saya sebagai seorang penulis apabila ingin tulisannya itu ingin mendapatkan perhatian dari orang lain (pembaca) maka kita harus jujur pada diri sendiri. Tentunya ya tulisan yang kita tulis dalam kalimat selam ini. Bukan hanya bias bicara saja? Dan selanjutnya kita menulis itu untuk memberikan sebuah implemetasi diri agar tulisan yang kita tulis mengalir apa adanya seperti air. Tapi jangan mengalir seperi air di sunga atau kali yang sudah jelas diatasnya itu banyak kotoran (sampah). Menjijikan. Berani mencoba?

1 komentar:

Anonim mengatakan...

AssWrWb.,
iya betul sekali mas Erwin, akhirnya berhenti menulis karena ya itulah.. intinya berbeda dgn perasaan.. jadi ngga enak seolah berbohong... adapun reactie teman2 cukup positief... hihihi ge-er... tapi perasaan ngga disana, makasih dorongannya mas Erwin luarbiasa care.... salam :) nurningsih

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Hosting